Efek Negatif Minuman Berenergi terhadap Kesehatan: Risiko bagi Jantung dan Ginjal

Efek Negatif Minuman Berenergi terhadap Kesehatan: Risiko bagi Jantung dan Ginjal



– Tingkat popularitas minuman bergizi sudah melonjak tinggi, terutama di antara pemuda yang kurang istirahat.

Berdasarkan laporan, kira-kira 31% pemuda di Inggris disebutkan telah mengkonsumsi minuman bertenaga dengan rutin, seperti yang dikemukakan
Times of India
(17/5/2025).

Walaupun minuman ini bisa memperbaiki perhatian dan kesadaran, pakar kesehatan tetap khawatir tentang risiko yang mungkin timbul.

Ahli gizi tersertifikasi dan penulis untuk British Dietetic Association (BDA), Annabel Gipp menyebutkan bahwa dampak negatif utama dari konsumsi minuman berenergi hampir seluruhnya disebabkan oleh kadar kafein yang tingginya.

“Kenaikan penggunaan kafein pada kelompok anak-anak dan remaja dapat memicu hipertensi, mengacaukan rutinitas tidur, menimbulkan migrain yang hebat, serta menciptakan masalah gastrointestinal,” katanya.

“Beberapa laporan tentang cedera yang disebabkan oleh hiperaktivitas akibat konsumsi minuman ini pun turut ditemukan,” katanya.

Dampak negatif jangka panjang dari konsumsi minuman berenergi

Gipp juga menggarisbawahi dampak jangka panjang dari konsumsi minuman berenergi selain pengaruh instannya.

“Periode remaja merupakan waktu penting bagi pertumbuhan tulang, namun kafein ternyata dapat mencegah penyerapan kalsium dalam usus kecil sehingga bisa menyebabkan pengurangan deposisi kalsium pada tulang,” jelasnya.

Menurut dia, dampak negatif tersebut bertambah buruk saat minuman bergizi diminum sebagai ganti pilihan lain yang tinggi kalsium seperti susu.

Pada tahun 2023, sebuah kajian menyeluruh yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients menggambarkan efek buruk dari konsumsi minuman berenergi pada orang-orang di bawah umur 18 tahun.

Akhirnya terungkap bahwa sekitar separuh kasus yang dipelajari berhubungan dengan gangguan kardiovaskular, mencakup kondisi-kondisi penting seperti aritmia jantung serta tekanan darah tinggi pada pembuluh arteri.

Di sisi lain, sekitar sepertiganya mengandung masalah neuropsikologi dalam kasus-kasus yang diteliti, dan 22% di antaranya menyatakan adanya gangguan pada organ ginjal.

Hasil penelitian itu mengindikasikan bahwa masalah kesehatan yang telah dimiliki sejak awal bertanggung jawab pada 44% kasus yang ditinjau.

Lebih jauh lagi, para peneliti menyebutkan bahwa peristiwa berkaitan dengan masalah kesehatan jantung dan pembuluh darah telah tercatat pada 45% kasus tersebut, meliputi beberapa kondisi yang cukup memprihatinkan di antaranya adalah:

  • Aritmia jantung
  • Hipertensi arteri
  • Vasospasme arteri koroner akut
  • Diseksi arteri koroner spontan.

Selanjutnya, studi itu menunjukkan dampak berbahayanya dengan merujuk pada insiden tahun 2011 di mana seorang pemuda mengidap kerusakan ginjal akut setelah meminum minuman bergizi tinggi.

Para penulis menunjuk pada kadar taurin yang tinggi dalam produk-produk ini sebagai faktor yang berpotensi, dengan mencatat bahwa “sekitar 95 persen taurin dimetabolisme di ginjal”.

Mereka menggarisbawahi bahwa konsumsi minuman berenergi bisa memicu tekanan darah tinggi, masalah metabolik yang berkaitan dengan kadar glukosa, serta kenaikan bobot tubuh—semua ini adalah elemen risiko dikenal bagi gagal ginjal jangka panjang.

Pengaruh Minuman Berenergi pada Kesejahteraan Mental

Selain mempengaruhi kondisi fisik, penelitian yang diterbitkan di jurnal Public Health menunjukkan hubungan antara pengonsumsian minuman bergula tinggi dan permasalahan kesehatan jiwa pada remaja serta orang muda. Penemuan ini mencerminkan dampak negatif dari energi drink terhadap psikologi generasi mudah tersebut.

Penelitian itu mengevaluasi informasi dari 57 penelitian bervariasi yang melibatkan lebih dari 1,2 juta subjek dari lebih dari 21 negeri unik, yang memperlihatkan keterkaitan penting dengan cemas, tekanan, kesedihan, serta hingga hasrat untuk merugikan diri sendiri.

“Sangat kami risau mengenai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh minuman bergizi terhadap stres psikologi serta gangguan kesehatan jiwa,” ungkap Dr. Shelina Visram, seorang dari para peneliti dalam studi itu.

“Ini adalah permasalahan kesehatan publik yang sangat penting dan wajib diatasi dengan cepat,” katanya.

Post Comment